FILSAFAT BAHASA (HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN BAHASA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Statistik Pendidikan dengan judul pembahasan tentang
“Ukuran Pemusatan dan Ukuran Letak”.
Didalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami. Namun sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga di masa yang akan datang kami mampu menyusun makalah dengan jauh
lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Amin.
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sekali lagi atas
perhatian dan dukungan dari para pembaca.
Parepare, 19 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian bahasa dan filsafat
2.1.1 Pengetian filsafat..........................................................................3
2.1.2 Pengetian bahasa..........................................................................6
2.2
Hubungan Filsafat dengan Bahasa
2.2.1
Hubungan bahasa dengan metafisika.........................................11
2.2.2
Hubungan bahasa dengan Epistiomologi...................................11
2.2.3
Hubungan bahasa dengan logika................................................11
BAB III PENUTUP
3. 1 Kesimpulan .................................................................................. 14
3 .2 Saran ............................................................................................. 15
Daftar Pustaka .......................................................................................
16
BAB I
PEDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hubungan
bahasa dengan masalah filsafat sudah lama menjadi perhatian para ahli filsafat
atau filsuf bahkan hal ini sudah berlangsung sejak zaman Yunani. Namun pasang
surut perhatian filsuf terhadap bahasa tidaklah sama, karena hal ini sangat
dipengaruhi perkembangan masalah atau problema filsafat pada zaman tertentu.
Para ahli filsafat sependapat bahwa
hubungan bahasa dengan filsafat sangatlah erat bahkan tidak dapat terpisahkan
terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah analisis
konsep-konsep dan oleh karena konsep-konsep tersebut disampaikan melalui bahasa
maka analisis tersebut tentunya berkaitan dengan makna bahasa yang digunakan
dalam membahas konsep-konsep tersebut.
Dalam konsep hubungan bahasa dengan filsafat yang memiliki hubungan
sangat erat bahkan sudah berlangsung lama. Sejarah perjalanan aksentuasi
perhatian filsuf berbeda-beda tergantung pada perhatian dan permasalahan
filsafat yang dikembangkan. Dalam pembahasan kali ini kami akan mengkaji
tentang bagaiman hubungan bahasa dengan filsafat serta ruang lingkup filsafat
bahasa.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1
Apa pengertian
bahasa dan Filsafat?
1.2.2
Bagaimana
hubungan filsafat dengan bahasa?
1.2.3
Bagaimana ruang
lingkup filsafat bahasa?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui apa
yang dimaksud dengan filsafat dan bahasa.
1.3.2
Mengetahui
bagaimana hubungan Filsafat dengan Bahasa?
1.3.3
Mengetahui
bagaimana sesungguhnya ruang lingkup filsafat bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN FILSAFAT DAN BAHASA
2.1.1
Pengetian
Filsafat
Filsafat sebagai suatu aktivitas manusia yang berpanggal pada akal
pikiran manusia untuk menemukan kearifan dalam hidupnya, terutama dalam mencari
dan menemukan hakikat realitas bahasa terutama bidang semantik. Hal ini dapat
dipahami bahwa berfilsafat sama halnya kita berfikir, namun tidak semua
kegiatan berfikir adalah filsafat.
Kata “filsafat” berasal dari bahasa
Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Shopia”.
Philos artinya cinta yang sangat mendalan, dan sophia artinya kearifan atau
kebijakan. Jadi arti filsafat secara hafiah adalah cinta yang sangat mendalam
terhadapat kearifan atau kebijakan.[1]
Filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga
disebut pandangan hidup (masyarakat).
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) ada empat arti yaitu pertama, pengetahuan dan penyeledikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumya. Kedua,
teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan. Ketiga, ilmu yang
berintikan logika, estetika, metafisika dan epistimologi dan yang terakhir
adalah Falsafah. Kata filsafat merupakan kata serapan dari bahasa arab Falsafah
yang secara etimologi berasal dari bahasa yunani.[2]
Berfilsafat merupakan salah satu
kegiatan/ pemikiran manusia memiliki peran yang penting dalam menentukan dan
menemukan eksistensinya. Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua
berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir yang dikategorikan
berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu
radikan, sistematis dan universal. Untuk ini filsafat menghendakilah pikir yang
sadar, yang berarti teliti dan teratur. Berarti bahwa manusia menugaskan
pikirnya untuk bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada, berusaha
menyerap semua yang bersal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya atau
diluarnya.
2.1.2
Pengertian
Bahasa
Pada
hakikatnya Bahasa merupakan suatu sistem simbol yang merupakan urutan bunyi
secara empiris atau sesuai dengan pengalaman. Bahasa tidak hanya memiliki sifat
empiris akan tetapi bahasa memiliki makna yang sifatnya nonemprisi atau tidak
sesuai dengan pengalaman. Dengan demikian bahasa adalah merupakan sistem simbol
yang memiliki makna, sebagai alat komunikasi manusia yang digunakan dalam
mengunggapkan ide gagasan serta merupakan sarana perwujudan pikiran manusia
dalam kehidupan sehari-hari dalam memahami dan mencari hakikat kebenaran dalam
hidupnya.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian “Bahasa” ke dalam tiga batasan,
yaitu:
1.
Sistem lambang
bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat
sewenang-wenang (arbitrer,pen) dan konvensional yang dipakai sebagai alat
komunikasih untuk melahirkan perasaan san pikiran
2.
Perkataan-perkataan
yang dipakai oleh suatu bangsa (sukubangsa, daerah, negara, dsb).
3.
Percakapan
(perkataan) yang baik: sopan santun, tingkah laku yang baik.[3]
Sedangkan
menurut Harimurti bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama,berinteraksi satu
sama lain dan mengidentifikasikan diri.[4]
Pengertian ini yang sering digunakan oleh para ahli bahasa dalam memberikan
definisi atau mendefinisikan bahasa.
Menurut
keraf dalam smarapradhipa memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama
menyatakan bahasa sebagai alat komunikasih antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manuasia. Keduabahasa adalah suatu
sistem komunikasihyang menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang
bersifat arbitrer.[5]
Lain halnya dengan ilmuan barat, Owen
mendefinisikan bahasa yaitu language can be defined as sosially shared
combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols.[6]
(bahasa dapat didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau
sistemyang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.
Secara
sederhana Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan suatu yang
terlintas di dalam pikiran. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk
berintraksi atau alat komunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan
sebagai suatu sistem lambang berupa bunyi yang berisfat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam dan manusiawi.[7]
Dari
beberapa definisi bahasa diatas maka bahasa adalah suatu sistem, yang artinya
bahwa bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan
dikaidahkan. Sistem bahasa merupakan lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa
melambangkan sesuatu makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu
memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “ nasi
” melambangkan konsep atau makna yaitu sesuatu yang biasa dimakan atau orang
mengatakan sebagai makanan pokok.
Salah
satu aspek yang penting dari bahasa ialah aspek fungsi bahasa, secara umum
fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasih, bahkan dapat dipandang sebagai
fungsi utama dari bahasa. Salah seorang filsuf barat abad ke 20, Karl Raimund
Popper mengatakan bahawa bahasa memilki
empat fungsi yaitu :
1.
Fungsi
ekspresif merupakan proses pengungkapan situasi dalam ke luar. Pada manusia
menjadi suatu ungkpan diri pribadi.
2.
Fungsil Signal
merupakan level paling lebih tinggi dan sekaligus mengadakan fungsi ekspresif.
Pada manusia tanda menyebabkan reaksi, sebagai jawaban atas tanda.
3.
Fungsi
deskriptif adalah mengadakan fungsi ekspresif dan signal. Ciri khas ini fungsi
ini ialah bahwa bahasa itu menjadi suatu pernyataan yang bisa benar, bisa juga
salah.
4.
Fungsi
argumentasi yaitu bahasa merupakan alat atau media untuk megungkapkan seluruh
gagasan manusia, termasuk dalam berargumentasi di dalam mempertahankan suatu
pendapat dan juga untuk meykinkan orang lain dengan alasan-alasan yang valid
dan logis.[8]
Beberapa pendapat para ahli tentang Fungsi bahasa yang menjadi
fungsi utama dari bahasa telah dikemukakan, seperti P.W.J. Nababan seorang
linguis indonesia, membagi fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya
dengan masyarakat dan pendidikan kedalam empat fungsi yaitu fungsi kebudayaan,
kemasyarakatan, perorangan dan pendidikan. Jelaslah bahwa dengan bahasa itulah
manusia berkata, berintraksi, bercakap-cakap, mengungkapkan isi pikirannya,
mengungkapkan segala gejolak yang ada dalam perasaannya dan beragumentasi.
Dengan demikian, manusia dengan bahasa menjadi meningkat bartabatnya, baik di
sisi Tuhan maupun umat manusia. Karena itulah, manusia sampai kapanpun tidak
akan bisa melepaskan diri dari adanya bahasa sebagai suatu yang mesti ada.
2.2
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN BAHASA
Para
ahli berpendapat bahwa Hakikat Bahasa merupakan suatu sistem simbol yang
merupakan urutan bunyi secara empiris atau sesuai dengan pengalaman. Bahasa
tidak hanya memiliki sifat empiris akan tetapi bahasa memiliki makna yang
sifatnya nonemprisi atau tidak sesuai dengan pengalaman. Dengan demikian bahasa
adalah merupakan sistem simbol yang memiliki makna, sebagai alat komunikasi
manusia yang digunakan dalam mengunggapkan ide gagasan serta merupakan sarana
perwujudan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam memahami dan
mencari hakikat kebenaran dalam hidupnya.
Sementara
filsafat adalah suatu aktivitas manusia yang berpangkal pada akal pikiran
manusia untuk menemukan kearifan dalam hidupnya, terutama dalam mencari dan
menemukan hakikat realita dari segala sesuatu memiliki hubungan yang sangat
erat dengan bahasa terutama bidang semantik.
Hubungan
bahasa dengan masalah-masalah filsafat telah lama menjadi perhatian para filsuf
bahkan hal ini telah berlngsung lama. Suatu perubahan yang sangat penting
terjadi ketika para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam problema filsafat
dapat dijelaskan melalui suatu analisi bahasa. Sebagai suatu contoh problema
filsafat yang menyangkut pertanyaan, keadilan, kebaikan, kebenaran, kewajiban,
hakikat ada dan pertanyan-pertanyaan fundamental lainnya dapat dijelaskan
dengan mengunakan metode analisi bahasa.
Tugas
utama dari filsafat adalah menganalisis konsep-konsep dan oleh karena konsep-konsep
itu dapat diungkapkan melalui bahasa maka analisis tersebut tentunya memiliki
kaitan yang sangat erat. Oleh karena itu para ahli bersependapat bahwa hubungan
bahasa dengan filsafat sangatlah erat bahkan tidak bisa terpisahkan.
Hubungan
filsafat dengan bahasa tersebut sebenarnya telah berlangsung lama bahkan sejak
zaman pra sokrates, namun dalam perjalanan sejarah aksentuasi perhatian filsuf
berbeda-beda dan sangat tergantung pada perhatian dan permasalahan filsafat
yang dikembangkannya.
Pada zaman yunani filsafat merupakan dasar untuk
mengembangkan hakikat segala sesuatu termasuk bahasa. Hal ini dapat dipahami
karena pada zaman tersebut ilmu pengetahuan modern belum mengalami
perkembangan. Oleh sebab itu bahasa merupakan objek material pemecahan problema
spekulatif para filsuf. Diantara para tokoh filsuf yang menaruh perhatian
terhadap bahasa pada zaman itu adalah Plato, Aristoteles, kaum sophist dan kaum
Stoik.
Pada
zaman romawi objek perhatian filsuf terhadap bahasa berkembang kearah karya
gramatika bahasa latin dan tokoh-tokoh yang terkenal adalah varro dan periscia.
Karya-karya besar mereka terutama dalam meletakkan dasar-dasar dalam bidang
etimologi morfologi yaitu tentang partes orationis dan oratio yang lazimnya
disebut sintaksis.
Pada
zaman abad pertengahan perhatian para filsuf semakin besar yang ditandai dengan
tujuh sistem utama yaitu trivium yang meliputi gramatika, dialektika (logika)
dan retorika serta quadrivium yang mencakup aritmatika, geometrika astronomi
dan musik. Perhatian filsuf terhadap bahasa sebagian mengarah kepada
pengembangan linguistik sehingga pemikiran-pemikiran filosofinya merupakan
dasar pijak linguistik tersebut. Para tokol filsuf yang menaruh perhatian
terhadap bahasa dalam mengklarifikasikan konsep filosofinya terutama dalam
kaitannya dengan religi adalah Thomas Aquinas dengan metode analitik
bahasa yang digunakan dalam karnya ‘ summa theologi’ adalah dengan analogi dan
metaphor.
Pada
zaman modern yang ditandai dengan renaissance dan aufklasrung, pemikiran
filsafat yang berkembang kearah timbulnya ilmu pengetahuan alam modern. Sejalan
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut perhatian filosof terhadap bahasa juga
semakin mengarah pada ilmu pengatahuan bahasa atau linguistik. Bahkan yang
terpenting lagi perkembangan bahasa sebagai sarana ilmu pengetahuan terutama
peranan bahasa salam pengembangan metode ilmiah, logika dan epistimologi.
Demikianlah
sejarah perkembangan filsafat bahasa yang selain memberikan wawasan bagi kita
tentang pasang surut perhatian para filsuf terhadap bahasa juga menunjukkan
aksentuasi konseptual filosofis terhadap bahasa, serta ruang lingkup filsafat
bahasa yang sangat beraneka ragam dan kompleks.
Dalam
penggunaan bahasa pada kegiatan berfilsafat memiliki sejumlah kelemahan dalam hubungannya dengan
ungkapan-ungkapan dalam aktivitas berfilsafat. Kelemahan-kelemahan tersebut
antara lain:
1.
Vagueness
(kesamaran) merupakan sifat bahasa yang dimiliki karena makna yang terkandung
dalam suatu ungkapan bahasa pada dasarnya hanya mewakili realitas yang
diacunya. Salah satu contohnya adalah aneka bunga mawar tidak akan setepat dan
sejelas pengamatan secara langsung tentang aneka bunga mawar tersebut.
2.
Ambiguity
(ketaksaan) merupakan sifat bahasa yang dimiliki karena berkaitan dengan ciri
ketaksaan makna dari suatu bentuk kebahasaan. Misalnya kata bunga maka dapat
berkaitan dengan bunga mawar, bunga anggrek dan lain sebagainya.
3.
Inexplicitness
(Tidak Eksplisit) yaitu bahasa seringkali tidak mampu mengungkapkan secara
eksak, tepat dan menyeluruh untuk mewujudkan gagasan yang direpresentasikannya
akibat adanya kekaburan dan ketaksaan makna.
4.
Context-dependent
(Tergantung pda konteks) yaitu bahasa seringkali berpindah-pindah maknanya
sesuai dengan konteks gramatik, sosial, serta konteks situasional dalam pemakaiannnya.
5.
Misleadingness
(Menyesatkan) yaitu adanya kesesatan dalam menafsirkan kata dalam berkomunikasi
sehingga kelemahan bahasa ini mencakup semua kelemahan bahasa yang ada.[9]
Berbagai
kelemahan dan kekurangan bahasa dalam proses mengungkapkan konsep-konsep
filosofis perlu diberikan suatu penjelasan khusus agar ungkapan yang digunakan
dalam menjelaskan realitas tidak terjadi kesesatan atau misleadingness.
Keberadaan
bahasa sebagai sesuatu yang khas dimiliki manusia tidak hanya merupakan simbol
belaka melainkan merupakan media pengembang pikiran manusia terutama dalam
mengungkapkan realitas segala sesuatu. Dalam pengertian sedemikian inilah
bahasa menunjukan fungsi vitalnya dalam aktivitas manusia yaitu berfilsafat.
Berdasarkan kenyataan fungsi bahasa tersebut di atas maja hubungan bahasa
dengan filsafat sangatlah erat bahkan tidak dapat terpisahkan terutama dalam
cabang filsafat metafisika, logika dan epistimologi.
2.2.1
Hubungan bahasa
dengan metafisika.
Metafisika
adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat realitas,
kualitas, kesempurnaan yang ada secara keseluruhan bersangkutan dengan
sebab-sebab terdalam, prinsip konstitutif dan tertinggi dari segala sesuatu.metafisika
berupaya untuk memformulasikan segala sesuatu yang bersifat fundamental dan
mendasar dari segala sesuatu dan hal ini dilakukan oleh para filsuf dengan
membuat eksplisit hakikat segala sesuatu tersebut. Karena metafisika pada
dasarnya adalah cabang filsafat yang membahas secara sistematis dan reflektif
dalam mencari hakikat segala sesuatu yang ada di balik hal-hal yang bersifat
fisik dan bersifat partikular, juga dapat diartikan mencari pripsip dasar yang
mencakup semua hal yang ada merupakan prinsip dasar yang dapar ditemukan pada
semua hal. Oleh karena itu, hal ini hanya dapat menggunakan analisis bahasa
sebab sifat metafisika tidak mengacu pada realitas yang bersifat empiris.
2.2.2
Hubungan bahasa
dengan Epistimologi.
Epistimologi
adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan manusia
yang meliputi sumber-sumber, watak dan kebenaran pengatahuan manusia.
Hubungannya dengan bahasa adalah bahasa digunakan dalam mengungkapkan
pengetahuan manusia dengam formulasi bahasa yang dipakai yaitu pengetahuan
apriori dan aposteriori, serta problema kebenaran pengetahuan manusia.
2.2.3
Hubungan bahasa
dengan logika.
Dalam
hubungan kehidupan manuasia bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat
komunikasih saja, melainkan juga menyertai proses berfikir manusia dalam usaha
memahami dunia luar, baik secara imajinatif. Oleh sebab itu bahasa selain
memiliki fungsi komunikatif, juga memiliki kognitif dan emotif.
2.3
RUANG LINGKUP FILSAFAT BAHASA
Filsafat bahasa merupakan cabang filsafat khusus
yang memiliki objek materi bahasa. Filsafat bahasa telah dikenal dan berkembang
pada abad XX ketika para filsuf mulai sadar bahawa terdapat banyak
masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat baru yang dapat dijelaskan memalui
analisis bahasa. Berbeda dengan cabang-cabang filsafat lainnya, filsafat bahasa
termasuk bidang yang konpleks dan sulit ditentukan ruang lingkup pengertiannya.
Namun demikian bukanlah berarti filsafat bahasa itu
merupakan bidang filsafat yang tidak jelas objek pembahasannya melainkan para
pilsuf bahasa memilki aksentuasi yang beraneka ragam sehingga penekanannya juga
beraneka ragam juga. Walaupun bidang filsafat bahasa baru dikenal dan
dikembangkan pada abad XX, namun berdasarkan fakta sejarah hubungan filsafat
dengan bahasa telah berlangsung lama bahkan sejak zaman yunani.
Filsafat bahasa dalam perkembangannya tidak
mempunyai prinsip-prinsip yang jelas dan terdifinisikan dengan baik. Hal ini
disebabkan karena penganut-penganut filsafat bahasa atau tokoh-tokoh filsafat
bahasa masing-masing mempunyai perhatian dan caranya sendiri-sendiri, meskipun
ada persamaan yaitu memberi perhatian kepada filsafat bahasa. Dalam sejarah perkembangannya para filsuf
bahasa menunjukan perhatian berbeda dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan
problema filosofis pada zamannya masing-masing.
Berdasakan alasan tersebut diatas maka pembahasan
filsafat bahasa meliputi masalah sebagi berikut:
1.
Salah satu tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep (conseptual analysis), oleh
karena itu salah satu tugas bidang filsafat bahasa adalah untuk memberikan
analisis yang kuat tentang konsep-konsep dasar dan hal ini dilakukan melalui
analisis bahasa.
2.
Tidaklah tepat bilamana lingkup pembahasan filsafat hanya berkaitan
dengan filsafat analitik. Lingkup lainnya adalah berkenaaan dengan penggunaan
dan fungsi bahasa yaitu pembahasan tentang bahasa dalam hubungannya dengan
penggunaan bagi tindakan manusia.
3.
Berkenaan dengan teori makna dan dimensi-dimensi makna. Pembahasan
tentang lingkup inilah filsafat bahasa memiliki terkaitan erat dengan
linguistik yaitu bidang semantik.
4.
Selain masalah- masalah tersebut diatas, filsafat bahasa sebagaimana
cabang-cabang filsafat lainnya membahsa hakikat bahsa sebagai objek materi
filsafat, bahkan lingkup pembahasan ini telah lama ditekuni oleh para filsuf. [10]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada
hakikatnya Bahasa merupakan suatu sistem simbol yang merupakan urutan bunyi
secara empiris atau sesuai dengan pengalaman. Bahasa tidak hanya memiliki sifat
empiris akan tetapi bahasa memiliki makna yang sifatnya nonemprisi atau tidak
sesuai dengan pengalaman. Dengan demikian bahasa adalah merupakan sistem simbol
yang memiliki makna, sebagai alat komunikasi manusia yang digunakan dalam
mengunggapkan ide gagasan serta merupakan sarana perwujudan pikiran manusia
dalam kehidupan sehari-hari dalam memahami dan mencari hakikat kebenaran dalam
hidupnya.
Sementara
filsafat adalah suatu aktivitas manusia yang berpangkal pada akal pikiran
manusia untuk menemukan kearifan dalam hidupnya, terutama dalam mencari dan
menemukan hakikat realita dari segala sesuatu memiliki hubungan yang sangat
erat dengan bahasa terutama bidang semantik.
Hubungan
bahasa dengan masalah-masalah filsafat telah lama menjadi perhatian para filsuf
bahkan hal ini telah berlngsung lama. Suatu perubahan yang sangat penting
terjadi ketika para filsuf mengetahui bahwa berbagai macam problema filsafat
dapat dijelaskan melalui suatu analisi bahasa. Sebagai suatu contoh problema
filsafat yang menyangkut pertanyaan, keadilan, kebaikan, kebenaran, kewajiban,
hakikat ada dan pertanyan-pertanyaan fundamental lainnya dapat dijelaskan
dengan mengunakan metode analisi bahasa.
Filsafat bahasa dalam perkembangannya tidak
mempunyai prinsip-prinsip yang jelas dan terdifinisikan dengan baik. Hal ini
disebabkan karena penganut-penganut filsafat bahasa atau tokoh-tokoh filsafat
bahasa masing-masing mempunyai perhatian dan caranya sendiri-sendiri, meskipun
ada persamaan yaitu memberi perhatian kepada filsafat bahasa. Dalam sejarah perkembangannya para filsuf
bahasa menunjukan perhatian berbeda dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan
problema filosofis pada zamannya masing-masing.
3.2
Saran
Penulis sadar
dalam hal pembuatan makalah ini memiliki kekurangan, baik dalam hal segi
penyajian materi maupun dalam hal penulisan karya ilmiah, oleh karena itu
diharapkan kepada pembaca agar kiranya dapat memberikan kritik dan saran dalam
hal membangun, agar kiranya penulis dapat membuat makalah yang dapat dipahami
oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Chaer dan leoni Agustina, 2010, Sosiolinguistik
perkenalan Awal, Jakarta:Rineka Cipta.
Alwasilah ,Chaedar, 2014, filsafat bahasa dan pendidikan, bandung:
remaja rosdakarya, cet.3
Departemen
pendidikan dan kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai pustaka.
Hidayat, Asep Ahmad, 2016, Filsafat
bahasa Mengungkap Hakikat bahasa,makna,tanda, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kaelan, 2002, Filsafat bahasa
masalah dan perkembangannya, yogyakarta: Paradigma.
Kridalaksana
,Harimukti, 1982, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia, cet. Ke-1.
Smaradhipa, galih. Bertutur dengan
tulisandiposting dari situs http://www.rayakultura.com .
12/05/2005.
[1] Chaedar
alwasilah, filsafat bahasa dan pendidikan, bandung: remaja rosdakarya, 2014
cet.3 hal 6
[3]
Departemen
pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
pustaka, 1988, cet.ke-1, h.66-67.
[5] Smaradhipa,
galih. Bertutur dengan tulisandiposting dari situs http://www.rayakultura.com . 12/05/2005.
[7] Abdul Chaer
dan leoni Agustina, Sosiolinguistik perkenalan Awal, Jakarta:Rineka
Cipta, 2010, h.11
[8] Asep
Ahma hidayat, filsafat bahasa mengungkap hakikat bahasa, makna dan tanda,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016,cetkn 4.
[9] Kaelan, Filsafat
bahasa masalah dan perkembangannya, yogyakarta: Paradigma, 2002, cet. 3
hal 8
[10] Kaelan,
Filsafat bahasa masalah dan perkembangannya, hal 22
Casino & Resort Review - DrMCD
BalasHapusAll in all, a huge collection of casino and resort amenities includes 전라남도 출장샵 a wide range 하남 출장샵 of slots, table 강릉 출장안마 games, 아산 출장샵 live entertainment, and 충주 출장안마 a number of sports